Musibah adalah bencana atau sesuatu yang mendukacitakan yang menimpa misalnya anak dan isteri demam-demam, tayar motor pancit, kereta rosak dan sebagainya .
Rasulullah s.a.w. bersabda “Apabila seorang hamba terlalu banyak dosanya dan tidak ada amalan untuk menghapuskan dosa-dosanya, Allah akan melibatkannya dengan kedukacitaan untuk menghapuskan dosa-dosanya” (Riwayat Ahmad dari Aisyah r.a.)
Jikalau seorang hamba melakukan amalan kebaikan, ia akan menjadi menghapuskan dosa-dosa kecilnya. Tetapi jika dosanya telah terlalu banyak dan dia tidak melakukan sesuatu untuk menghapuskan dosanya, maka Allah akan menimpakan sesuatu yang mendukacitakan atau merungsingkannya untuk menghapus dosanya. Setiap musibah diberi pampasan iaitu digugurkan dosa. Dosa yang digugurkan adalah seimbang dengan musibah yang dikenakan Allah, misalnya orang yang lama terlantar sakit di hospital mungkin diampunkan segala dosanya dengan Allah.
Walaupun hanya lampu atau pelita yang mati (padam), ia adalah satu musibah. Ucapan istirja (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un). bukanlah hanya untuk kematian seseorang. Dalam Tafsir Jalalain diceritakan bahawa suatu ketika lampu pelita Nabi saw. padam, maka beliau pun mengucapkan istirja`(Innalillah…..), lalu kata Aisyah, “Bukankah ini hanya sebuah lampu!” Jawabnya, “Setiap yang mengecewakan (hati) orang mukmin itu bererti musibah.” Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kumpulan hadis-hadis mursalnya.
Dari Abi Musa Al ‘Asy’ari : Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Apabila mati anak seorang hamba, Allah berfirman kepada para Malaikat-Nya, ‘Kamu telah ambil anak dari hamba-Ku ?’ Jawab mereka, ‘Ya.’ Maka Allah berfirman, ‘Kamu telah ambil buah hatinya?’ Mereka menjawab,’Ya.’ Maka Allah berfirman,’Apa yang diucapkan hamba-Ku?’ Jawab mereka,’ Ia memuji Engkau dan istirja (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un).’ Maka Allah berfirman, ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku satu rumah di syurga dan namakanlah rumah tersebut dengan baitul hamdi (rumah pujian).’ (Riwayat Tirmidzi)
Ummu Salamah berkata, “Saya mendengan Rasulullah bersabda, ‘tidak ada seorang muslimpun yang ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Allah, اِنَّا لِلَّهِ وَاِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ, اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَاخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا. yang artinya, ‘Sesungguhnya kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita kembali, ya Allah berikanlah kepadaku atas musibah ini dan gantikanlah dengan yang lebih baik darinya’, kecuali Allah akan menggantikannya yang lebih baik darinya’. Maka ketika Abu Salamah (suamiku) wafat, aku bergumam, siapa di kalangan kaum muslimin yang lebih baik dari Abu Salamah, sebuah keluarga yang pertama kali berhijrah kepada Rasulullah ? Tetapi aku lalu mengucapkan do’a tersebut. Allah pun menggantikanku dengan Rasulullah . (HR. Muslim)
Sumber http://nasbunnuraini.wordpress.com/2010/02/04/musibah-dan-ucapan-istirja/
Tiada ulasan :
Catat Ulasan